Green Tips
Bagaimana bikin listrik di rumah pakai solar panel
Minggu, 29 Maret 2009, 20:24
Menggunakan listrik dari tenaga surya di rumah? Wah menarik juga, tapi bukankah itu solusi yang mahal? Kan, PLN sudah menyediakan listrik yang lumayan murah. Lalu apa untungnya buat saya kalau menggunakan listrik ‘buatan sendiri'?Semua tergantung dari kebutuhan yakni digunakan untuk apa PLTS ( pembangkit listrik tenaga surya ) yang kita pasang. Jika untuk mengcover seluruh peralatan rumah tangga pada umumnya saat ini, memang masih dapat dibilang kurang terjangkau dan sesuai.
Saat ini untuk menggunakan PLTS, perlu dibuatkan skala prioritas terlebih dulu. Dan berikut beberapa pertanyaan mendasarnya.
- Dimanakah saya tinggal ? Jika tidak ada atau akses PLNnya kurang
baik (listrik PLN sering mati), PLTS bisa menjadi salah satu solusi
sebagai sumber energi.
- Nah, bagaimana jika akses PLNnya sudah baik? Tentunya, untuk biaya jangka pendek, penggunaan PLN masih lebih murah sehingga jika kalkulasi biaya sebagai tujuan untuk mendapatkan yang lebih "murah", nampaknya PLTS masih belum dapat menjadi solusi karena PLTS masih bersifat investasi dimana membeli listrik beberapa tahun ke depan untuk dikonsumsi saat ini.
- Mengurangi biaya listrik jangka panjang (inget loh, kita kan pakai listrik seumur hidup!)
- Mengurangi ketergantungan pada listrik dari batubara (horeee...emisi karbon saya turun!)
- Menghindari dampak pemadaman saat harus mengejar deadline, sementara komputer tidak bisa dinyalakan :-)
- Sedikit pamer ke teman-teman kita bahwa kita sudah bergabung dengan komunitas pengguna solar panel sedunia! (huhuuuyy..coolll..!!!)
- Turut mengurangi pemanasan global karena sistem solarpanel menghasilkan energi yang ramah lingkungan yang tidak menyebabkan polusi.
Mayoritas listrik yang digunakan di Indonesia berasal dari pembangkit listrik dengan bahan baku batubara. Masalahnya, dari proses ini dikeluarkan banyak emisi karbon yang merupakan sumber terbesar penyebab terjadinya pemanasan global (global warming).
Sementara, permintaan kita untuk listrik makin hari makin besar. Coba lihat berapa alat di rumah kita yang tidak bisa berjalan tanpa listrik, dari lampu, telepon genggam, TV, hingga AC dan kulkas. Belum lagi penggunaan listrik yang boros. Akibatnya, pembangkit listrik kita tidak mampu lagi untuk memberikan listrik sebesar permintaannya. Makanya pemadaman makin sering terjadi.
Di sisi lain, kita kan tinggal di negara yang kaya akan cahaya matahari yang dibuktikan secara geografis letak Indonesia di Garis Khatulistiwa sekaligus sebagai Negara Tropis. Kenapa gak kita maksimalkan saja penggunaan cahaya matahari yang diberikan gratis oleh Tuhan?
Kita mulai dengan perhitungan
dulu. Berapakah kebutuhan jumlah total beban di rumah yang akan
menggunakan tenaga dari solar panel? Dari tagihan listrik, bisa dilihat
tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh (kilowatt per jam) setiap bulan
misalnya. Nah dari situ kita bisa identifikasikan berapa kWh yang
dibutuhkan tiap hari, misalnya 200 watt. |
|
Pertanyaan selanjutnya adalah : Berapa lama beban yang totalnya 200
watt ini akan dihidupkan dengan menggunakan sistem solar panel ? Boleh
kita ambil misalnya 12 jam. Jika 12 jam, berarti total konsumsi daya
beban dalam sehari adalah 12 x 200 kWh = 2.400 watt. |
|
Tentunya
lebih diuntungkan jika beban yang menggunakan solar panel dinyalakan
pada malam hari. Dengan begini, penggunaan baterai relatif tidak berat
dan dimungkinkan jumlah baterai dapat pula dikurangi jumlahnya, karena
listrik yang disupply tidak hanya oleh baterai tetapi sinar matahari
masih turut memberikan supply. Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul 18.00 s/d 06.00 (12 jam). |
|
Nah, sekarang kita hitung berapa besar dan jumlah baterai yang dibutuhkan untuk mensupply beban sejumlah total 2.400 watt: Jumlah total 2.400 watt perlu ditambahkan sekitar 20% yang adalah listrik yang digunakan oleh perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai pengubah arus DC (searah) menjadi AC (bolak - balik) (karena pada umumnya peralatan rumah tangga menggunakan arus AC), dan controller (sebagai pengatur arus) yakni menutup arus ke baterai jika tegangan sudah berlebih di baterai dan memberhentikan pengambilan arus dari baterai jika baterai sudah hampir kosong. Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan adalah 2.400 x (2.400 x 20%) = 2.880 watt. |
|
Dari 2.880 watt tersebut, jika
dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki baterai) maka kuat arus yang
dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika kita menggunakan baterai yang
sebesar 65 Ah 12 V, maka kita membutuhkan 4 baterai (65 x 12 x 4 = 3.120
watt). |
|
Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, kita akan mendapatkan jumlah
panel yang kita butuhkan, termasuk besarannya yakni sebagai berikut.
Jika menggunakan ukuran panel yang 100 wp (watt peak), maka dalam sehari
panel ini kurang lebih menghasilkan supply sebesar 100wp x 5 (jam) =
500 watt. Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari bersinar di negara tropis seperti Indonesia, dan 5 jam ini sudah menjadi semacam perhitungan rumus baku efektivitas sinar matahari yang diserap oleh panel surya. Maka jika 1 panel yang 100 wp mampu memberikan listrik sejumlah 500 watt, didapatkan total panel yang dibutuhkan adalah sejumlah 3.120 watt / 500 watt = 7 panel (baiknya kita lebihkan). |
|
Nah, kita sekarang sudah berhasil mendapatkan kombinasi antara jumlah panel surya dan baterai untuk mensupply listrik sejumlah total 3.120 watt yang dinyalakan selama 12 jam sehari dimana beban yang menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara pukul 18.00 s/d 06.00 yakni : 7 PANEL SURYA YANG 100 WP DAN 4 BUAH BATERAI 65Ah 12 V. | |
Terima kasih atas bantuan PT Dynton untuk rangkum tips ini. Saat ini, PT. Dynton Persada Global sedang dalam masa promosi s/d Mei 2009 dimana pemasangan untuk sistem solar panel adalah GRATIS untuk daerah Jabodetabek.
Sumer : http://www.greenlifestyle.or.id
0 komentar:
Posting Komentar